Monday, November 21, 2011

Malu

Aku paling suka bila hari libur tiba, apalagi di pagi yang cerah ini. Karena aku tidak perlu belajar dan mengerjakan tugas – tugas sekolah yang numpuk. Dan akupun bisa melakukan hal –  yang aku sukai.
Seharian ini aku sudah puas menonton tv dan bermalas – malasan di kamar bersama Nita sahabatku. Sekarang aku ingin membaca komik Candy – candy kegemaranku. Sambil tiduran, minum susu cokelat, dan makan roti isi selai stroberi kesukaanku. Asyik !
Baru saja aku membaca komik satu halaman, tiba – tiba Mamah masuk ke kamarku, “Nana ! keluar dulu yuk!” kata mamah. “Di luar ada Karin, anak teman Mamah. Ia ingin berkenalan denganmu. Kamu pasti suka berteman dengannya”
“Malas ah, Mah!” tolakku sambil terus membaca komik. “Lusa Nana sudah masuk sekolah. Pasti enggak sempat lagi baca komik, karena harus belajar dan mengerjakan tugas sekolah yang numpuk.”
“Ah kamu banyak alasan,” Mamah menggeleng – gelengkan kepalanya.
“Ayolah, sebentar saja! Hargai Karin yang sudah datang jauh – jauh,” bujuk Mamah.
“Nggak mau ah, Mah!” Aku cemberut sambil menggelengkan kepala.
“Mamah bilang saja, kalau Nana lagi tidur!”
Mamah menghembuskan nafas agak kesal, lalu meninggalkan kamarku.
Besoknya, Mamah membuat aku kesal lagi. Mamah menyuruhku ke rumah Tante Irma untuk mengantarkan baju jahitan pesanannya.
“Nana, kan enggak tahu alamatnya, Mah!” aku memberi alasan.
“Kamu diantar Mang Diman. Dia tahu alamatnya, kok!”
Aku tidak bisa menolak lagi perintah Mamah. Akhirnya aku ke rumah Tante Irma, diantar oleh Mang Diman, tukang becak langgananku. Di jalan sangat panas sekali karena matahari bersinar terik di siang yang panas ini.
Aku memasuki halaman rumah Tante Irma yang besar itu. Aku pencet belnya. Dan tidak beberapa lama, pintu rumahpun terbuka.
“Hai, kamu pasti Nana, ya?” sapa anak perempuan seusiaku dengan ramah sambil tersenyum. Wajahnya sangat manis, dan terlihat menyenangkan.
Aku mengangguk. Darimana anak ini tahu namaku? Tanyaku dalam hati. “Tante Irma ada? Aku datang membawa baju pesanan Tante Irma.”
Anak itu tersenyum. “Mamah sedang pergi. Tapi sebentar lagi Mamah pulang. Ayo, masuk dulu!” anak itu menarik tanganku masuk ke ruang tamunya. “Ayo, silahkan duduk!”
Aku menurut saja. Anak itu lalu ke dapur. Tidak berapa lama ia sudah kembali, sambil membawa dua gelas es jeruk dan setoples kripik kentang.
“Ayo, diminum es jeruknya, Nana!” suruhnya. “Coba juga kripik kentangnya. Aku dan Mamah yang membuatnya, lho!”
Aku meneguk es jeruk. Segar sekali rasanya. “Maaf, darimana kamu bisa tahu namaku? Kita belum pernah ketemu, kan?” tanyaku penasaran..
Ia tertawa kecil. “Kemarin aku dan Mamahku ke rumahmu.”
Oh, ternyata dia adalah Karin. Jadi teman Mamah yang kemarin datang itu adalah Tante Irma.
Setelah es jerukku habis, Karin mengajakku ke kamarnya yang luas di lantai dua. Koleksi bonekanya banyak. Ia juga punya perpustakaan mini. Wah, aku terkejut sekali melihat koleksi komiknya yang jauh lebih lengkap daripada punyaku. Banyak sekali komik Karin yang belum aku baca.
“Kalau mau, kamu boleh pinjam,” kata Karin. Tentu saja aku mau.
Tiba – tiba telepon yang ada di kamar Karin berbunyi. Lalu Karin segera mengangkatnya.
“Halo? Andin, ya? Maaf ya, hari ini aku nggak bisa berenang bersamamu. Aku ada tamu. Lain kali saja, ya, Ndin!” ujar Karin, lalu meletakkan gagang telepon.
“Kamu mau pergi, ya?” tanyaku. Karin mengangguk. “Iya, Andin, teman sekelasku, mengajak berenang.”
“Kenapa kamu enggak pergi saja?” tanyaku.
Karin tersenyum. “Aku, kan, ada tamu. Kasihan kamu sudah jauh – jauh datang ke rumahku. Masa aku harus meninggalkan kamu.
          Berenang dengan Andin bisa lain kali saja. Ayo, teruskan lagi membacanya. Sebentar ya, aku ke dapur dulu! Aku mau membuatkanmu segelas susu cokelat.”
“Darimana kamu tahu kalau aku suka susu cokelat?” tanyaku penasaran.
Karin tertawa kecil. Mamahmu dan Mamahku, kan, bersahabat. Mamahmu sering cerita tentang kamu pada Mamahku,” jawab Karin lalu bergegas ke dapur.
Tiba – tiba aku jadi malu sekali pada Karin. Karena ia sangat menghargai kedatanganku. Ia menyambutku dengan ramah dan senang hati. Ia membuatkan aku es jeruk dan susu cokelat. Mengajakku melihat – lihat kamarnya. Memperbolehkan aku membaca koleksi komiknya. Sedangkan aku? Menemui Karin saja, aku tidak mau. Tiba – tiba aku jadi malu sekali.
Terima kasih, Karin. Ia telah menyadarkanku. Mulai hari itu, aku janji, akan lebih menghargai tamu, tekadku dalam hati.
Tiba – tiba Karin muncul dari balik pintu. Ia membawa nampan berisi segelas susu. “Nana, kamu minum susu cokelat ini dulu, ya! Nanti Mbok Ijah menyusul. Dia sedang membuatkanmu roti isi selai stroberi kesukaanmu,” kata Karin. “ Enak, kan sore – sore gini kita makan susu cokelat dan roti, sambil kita baca komik bareng – bareng haha.” Tambahnya sambil tertawa kecil.
Olala...aku jadi bertambah malu!
Ternyata Karin yang sudah aku acuhkan pada saat bertamu ke rumahku, tidak berlaku sama padaku ketika bertamu ke rumahnya. Dan biarlah kejadian ini menjadi suatu pengalaman yang berupa suatu pelajaran yang bisa membuat aku bersikap lebih baik lagi kepada tamu dan menghargainya. Karena ad sebuah pepatah bahwa “Tamu itu adalah Raja”.
Terima kasih Karin, karena kamu aku jadi bisa mengerti bagaimana cara bersikap kepada tamu.

No comments:

Post a Comment